Kisah Mahasiswa di Palu yang Menikah Dengan Penghuni Alam Gaib Wentira

Kisah Mahasiswa di Palu yang Menikah Dengan Penghuni Alam Gaib Wentira


Kehidupan ini konon terjadi di wentira di Jalan Trans Sulawesi, areal kebun kopi, Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah. Kabar beredar seorang mahasiswi STIE Palu, Lin Vita Puspita (22), warga Desa Sidera, Kecamatan Sigi Biromaru, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah telah menikah dengan penghuni Uwentira/Wentira di Tanah Kaili

Kabar ini langsung menghebohkan warga di Kecamatan Sigi Biromaru.

mereka banyak percaya lantaran sampai Minggu (20/12) atau sudah seminggu lamanya, Lin si perawan di desa, tak kunjung pulang ke rumah sejak Senin (14/12).

Semua cara telah dilakukan, termasuk hubungi nomor ponsel Lin tidak aktif. Pengakuan orang tua dari sulung tiga bersaudara, anak mereka bergelagat aneh sejak beberapa bulan lalu. Sikap dan perkataannya tak lagi seperti Lin yang dikenal

Lin menuju dunia lain, di Uwentira di Jalan Trans Sulawesi, areal kebun kopi, Kabupaten Donggala (sekitar 20 km dari Kota Palu, red), diantar paman sendiri bernama Ardin (37).

Ardin menceritakan kembali saat dia mengantar Iin. Senin pagi itu, sekitar pukul 10.15 Wita, Iin tiba-tiba datang ke rumah Ardin yang wilayahnya masih di Desa Sidera. Jarak rumah mereka sekitar 100 meter. Mulanya Iin minta tolong diantar ke Palu, bukan ke Uwentira.

“Kalau keponakan minta tolong, tidak mungkin ditolak,”tutur sekuriti Rumah Sakit Tora Belo Sigi kepada alamisteri

Bergegaslah mereka pagi itu dari Sidera menuju Palu. Yang dipakai berboncengan sepeda motor matic milik Iin. Sebab kondisi motor Ardin agak kurang normal.

Baru beberapa menit di perjalanan, tiba-tiba Iin meminta sang paman supaya mengantarnya ke Uwentira saja. Tidak jadi singgah di Palu. Begitu mendengar kata Uwentira, perasaan Ardin mulai tidak enak. Dia pun menanyakan ada urusan apa di sana.

“Kalau saya bilang antar, antar saja. Tidak perlu tanya-tanya,”ucap Ardin menirukan jawaban Iin bernada membentak.

Baca Uga : 

Rupanya sang keponakan agak kesal dengan pertanyaan pamannya. Tidak mau terjadi adu mulut, Ardin nurut saja. Sepeda motor pun dipacunya menuju Palu, berjarak kurang lebih 10 km.

iva di Palu, sempat singgah isi BBM di SPBU Jalan Sisinga Mangaraja. Tangki motor diisi full. Setelah selesai, Iin langsung meraih stir motor. “Kami gantian. Dia yang bonceng saya menuju Uwentira,”sambungnya.

Sepanjang perjalanan, terutama di jalur gunung Kebun Kopi, Ardin sempat ketakutan. Soalnya, Iin memacu motor dengan kecepatan tinggi.

“Sepanjang jalan saya terus berdoa. Semoga tidak apa-apa dan selamat sampai tujuan,”kenangnya kejadian awal pekan lalu.

Ternyata Iin kejar waktu. Jam 11 tepat sudah harus sampai di lokasi Uwentira. Tidak boleh telat. “Begitu saya lihat jam, ternyata jam 11. Tidak kurang, tidak lebih,”ujar Ardin.

Sesampainya di Uwentira, Iin mengajaknya lagi bercakap-cakap ringan. Karena sepanjang jalan, mulai dari SPBU Sisinga Mangaraja sampai di tujuan, Iin tak satu kata pun bicara. Begitu juga Ardin, dia tak lagi memberanikan diri menegur atau bertanya. Apalagi sampai mengingatkan supaya jangan terlalu ngebut.

“Om (paman,red) saya nanti malam masuk ke dalam. Saya sudah tinggal dan menikah dengan orang sini,”kata Iin memulai pembicaraan lagi.

Ardin terdiam. Perkataan Iin tak dihiraukan. Antara percaya dan tidak, dengan apa yang baru saja didengarnya. Lantaran tak mau keponakannya marah atau tersinggung, beberapa menit kemudian barulah Ardin manggut-manggut merespons ucapan Iin.

Setelah itu, Iin melanjutkan lagi pembicaraan. Katanya yang menikahkan mereka Nene Rante. Sosok itulah menurutnya banyak berperan di balik pernikahan dia.

Sekadar diketahui, di dunia lain Tanah Kaili di Sulteng, nama Nene Rante lebih dikenal dengan sebutan “Mangge Rante”. Fotonya banyak beredar di masyarakat dengan ciri mulutnya mengeluarkan asap. Mungkin karena terpaut usia yang cukup jauh, sehingga Iin menyebut Mangge Rante dengan panggilan Nene.

Sebelum balik lagi ke Sidera, remaja berjilbab ini sempat menanggalkan asesoris cincin dan kalung yang dipakainya. Lalu diberikan kepada Ardin. Tersisa sendal dan baju yang melekat di badan. Kemudian, dia berpesan supaya kepergian ke Uwentira jangan diberitahu ke ayah dan ibunya.

“Kalau om sudah pulang, jangan cepat--cepat. Karena ban motor ku sudah botak,”ucap Iin.

Setelah menghidupkan mesin motor dan beranjak pergi, Ardin sempat menoleh ke arah Iin. Dia melihat Iin menuju tangga semen, lokasi yang disebut-sebut pintu gaib alam Uwentira.

“Saya masih sempat lihat belakangnya menuju ke tangga itu,”katanya dengan mimik serius.
Sepanjang perjalanan, Ardin tak habis pikir dengan apa yang dialami Iin. Apakah yang didengar dan disaksikan tadi, hanya gurauan belaka, atau memang benar terjadi.

Begitu sampai di rumah orang tua Iin, Ardin langsung menemui ipar dan kakaknya (ayah dan ibu kandung Iin). Apa yang terjadi, semua diceritakan dengan runut. Kedua orang tua Iin langsung terperangah, mendengar apa yang dikisahkan Ardin.

Masida, ibu Iin, mulai menangis tak henti-hentinya. Sikap aneh yang ditunjukkan anaknya beberapa waktu belakangan, jadi kenyataan juga. Sementara sang suami, Rostam, terus berusaha menenangkan perempuan yang telah memberinya tiga anak itu.

Tetangga mereka menaruh curiga.  Rosni alias Mama Ija mengetahui kejadian yang menimpa Lin akhirnya mengaku sebelum Iin pergi meninggalkan rumah, Mama Ija pernah dititipkan amanat.

Kepada Mama Ija, Iin berpesan jika kelak dirinya pergi dan tidak kembali lagi, tolong dibuatkan acara tahlilan. Dengan adanya tahlilan, doa-doa akan terpanjatkan kepada dirinya

“Terus saya bilang, memangnya kamu meninggal? Sampai dibuatkan acara tahlilan. Yang dibuatkan tahlillan itu hanya orang meninggal,”ujar Mama Ija menegasi Iin.

Mendapat jawaban seperti itu, Iin kembali melanjutkan pembicaraan. “Soalnya saya nanti, akan tinggal di alam gaib. Saya sudah menikah dan punya suami di sana,”tuturnya berterus terang.

Curhatan tersebut, saat itu juga disampaikan kepada orang tua Iin. Untuk menguatkan hati ibunya, Mama Ija dan tetangga menyarankan agar terus berdoa supaya Iin bisa kembali lagi ke rumah.
Suka artikel ini ?

Tentang Kami

Admin Blog